BUREAU OF PUBLIC SECRETS


 

 

Introduksi pada kritik terhadap geografi urban[1]


Dari semua peristiwa-peristiwa dimana kami berpartisipasi di dalamnya, dengan atau tanpa ketertarikan, pencarian untuk meraba sebuah cara hidup baru adalah satu-satunya hal yang benar-benar menarik yang tersisa. Estetika dan disiplin lainnya telah terbukti secara mencolok tidak memadai dalam hal ini dan berjasa atas kelalaian terbesar. Oleh karena itu kita harus menggambarkan beberapa medan-medan sementara dari observasi, termasuk observasi atas proses tertentu dari kesempatan dan prediktabilitas di jalanan.

Kata psychogeography, disarankan oleh seorang Kabyle[2] buta huruf sebagai istilah umum untuk fenomena beberapa dari kami yang sedang melakukan investigasi di sekitar musim panas 1953, tidaklah terlalu tepat. Hal ini inkonsisten dengan perspektif materialis yang melihat hidup dan berpikir seperti yang dikondisikan oleh alam objektif. Geografi, misalnya, berkaitan dengan tindakan tertentu dari keumuman kekuatan alam, seperti komposisi tanah atau kondisi iklim, pada struktur ekonomi masyarakat, dan dengan demikian pada konsepsi yang sesuai bahwa masyarakat seperti itu dapat memiliki dunia. Psychogeography ditetapkan untuk dirinya sendiri sebagai studi tentang hukum yang tepat dan efek khusus dari lingkungan geografis, baik secara sadar terorganisir atau tidak, pada emosi dan perilaku individu-individu. Kata mempesona yang bersifat kabur dari psychogeografi dapat diterapkan pada hasil dari penemuan-penemuan dengan jenis penyelidikan seperti ini, untuk mempengaruhi mereka pada perasaan manusia, dan secara umum untuk setiap situasi atau tingkah laku yang tampaknya mencerminkan semangat yang sama dari pengungkapan.

Telah lama dikatakan bahwa gurun adalah monoteistik. Apakah itu tidak masuk akal atau sama sekali tanpa memiliki kepentingan untuk mengamati bahwa distrik di Paris antara Place de la Contrescarpe dan Rue de l'Arbalète agak mengakibatkan ateisme, untuk dilupakan dan untuk disorientasi dari refleks kebiasaan?

Kondisi-kondisi historis menentukan apa yang dianggap "berguna." Pembaharuan urban oleh Baron Haussmann terhadap Paris di bawah Kekaisaran Kedua, misalnya, didorong oleh keinginan untuk membuka jalan utama yang luas untuk memungkinkan terjadinya sirkulasi cepat dari pasukan dan penggunaan artileri melawan pemberontakan. Tapi dari sudut pandang selain untuk memfasilitasi kontrol polisi, Paris dalam versi Haussmann adalah kota yang dibangun oleh idiot, penuh dengan suara dan kemarahan, menandakan ketiadaan. Masalah utama dari urbanisme hari ini adalah untuk memastikan kelancaran kelancaran sirkulasi sejumlah kendaraan bermotor yang sedang berkembang pesat. Urbanisme masa depan mungkin mengaplikasikan dirinya untuk ada proyek-proyek yang tidak bermanfaat, namun dalam konteks yang agak berbeda dari kemungkinan psychogeograpikal.

Kelimpahan hari ini dari mobil pribadi adalah salah satu keberhasilan paling mencengangkan dari propaganda konstan yang diproduksi para kapitalis yang merayu sejumlah besar orang bahwa kepemilikan mobil adalah salah satu hak istimewa dari cadangan masyarakat kita untuk anggota yang paling istimewa. Tapi kemajuan anarkikal sering berakhir dengan kontradiksi terhadap dirinya sendiri, seperti ketika kami menikmati spectacle dari seorang kepala polisi yang mempersoalkan sebuah film yang menghimbau para pemilik mobil Paris untuk menggunakan transportasi umum.

Kita tahu bahwa dengan kemarahan yang membabi buta membuat banyak orang banyak miskin siap untuk mempertahankan keuntungan medioker mereka. Ilusi menyedihkan mengenai hak istimewa ini terkait dengan pandangan umum tentang kebahagiaan di kalangan borjuis dan hal ini dijaga terus menerus oleh sebuah sistem publikasi yang mencakup estetika Malraux dan juga seperti iklan Coca-Cola — sebuah ide tentang kebahagiaan yang tengah mengalami krisis harus diprovokasi pada setiap kesempatan dengan segala cara.

Pengertian pertama dari hal ini tidak diragukan lagi adalah penyebaran provokatif yang sistematis dari sejumlah proposal yang bertendensi untuk mengubah seluruh kehidupan menjadi sebuah permainan yang menyenangkan, dikombinasikan dengan penyusutan nilai yang konstan dari semua arus diversi (secara luas, tentu saja, bahwa yang terakhir ini tidak dapat didetourned[3] untuk dijalankan dalam susunan ambiens yang lebih menarik). Kesulitan terbesar untuk melakukan hal ini adalah untuk disampaikan melalui proposal yang boros ini sebuah tingkat yang cukup dari seduksi yang serius. Untuk mencapai hal ini kita dapat membayangkan ketangkasan penggunaan sarana komunikasi yang sedang populer. Tapi jenis yang mengganggu dari abstensi, atau demonstrasi yang didesain untuk menggagalkan radikalisasi para penggemar dari alat komunikasi, juga dapat dipromosikan dengan sedikit biaya suasana dari kegelisahan sangatlah menguntungkan untuk pengenalan beberapa konsep-konsep baru dari kesenangan.

Ide bahwa kreasi dari pemilihan situasi emosional tergantung hanya pada pemahaman dan aplikasi yang dikalkulasikan dari sejumlah teknik kongkrit yang diinspirasikan dari sedikit sindiran di artikel "Psychogeographical Game of the Week," yang diterbitkan dalam Potlatch #1:

“Sesuai dengan apa yang anda cari, pilih negara, sebuah kota besar atau kecil, jalan yang ramai atau sepi. Bangunlah sebuah rumah. Lengkapi dengan perabotan-perabotan. Gunakan dekorasi dan lingkungan sekitarnya untuk hasil terbaik. Pilih musim dan waktunya. Kumpulkan orang-orang yang paling cocok, dengan menu dan minuman yang sesuai. Pencahayaan dan percakapan jelas harus cocok untuk acara, seperti seharusnya cuaca atau kenangan anda. Jika tidak ada kesalahan dalam perhitungan anda, hasilnya harus terbukti memuaskan.”

Kita perlu membanjiri pasar — bahkan jika untuk saat ini hanya pasar intelektual saja yang tersedia — dengan hasrat-hasrat massal yang pemenuhannya tidaklah diluar kapasitas arti dari kemanusiaan hari ini dengan aksi di dunia material, tetapi hanya dengan melampaui kapasitas dari organisasi sosial lama . Dengan demikian ini bukan tanpa kepentingan politik untuk mengkontradiksikan di depan publik hasrat-hasrat tersebut pada hasrat-hasrat dasar yang tanpa henti diolah dalam bentuk baru oleh industri film dan dalam novel-novel psikologis seperti orang-orang yang tua yang ditulis Mauriac. (Seperti Marx yang menjelaskan kepada Proudhon yang malang, "Dalam sebuah masyarakat yang didasarkan pada kemiskinan, produk paling miskin pasti dikonsumsi dengan jumlah terbesar.")[4]

Transformasi revolusioner di dunia, dari semua aspek-aspek dunia, akan mengkonfirmasikan semua mimpi akan kelimpahan.

Perubahan mendadak suasana di jalan dalam ruang beberapa meter; pembagian secara terang- terangan sebuah kota ke dalam zona-zona atmosfer psikis yang berbeda; jalan kecil dari resistensi yang paling minimal yang secara otomatis mengikuti jalan-jalan tanpa tujuan (dan yang mana tidak ada hubungannya dengan fisik kontur dari sebuah daerah), karakter menarik atau mengusir dari tempat-tempat tertentu — semua fenomena ini tampaknya diabaikan. Dalam setiap kasus, mereka tidak pernah digambarkan tergantung pada sebab-sebab yang dapat dibongkar oleh analisis yang cermat dan dijungkirbalikkan ke perhitungan. Orang-orang cukup sadar bahwa beberapa lingkungan menyuramkan dan beberapa lainnya menyenangkan. Namun mereka umumnya hanya mengasumsikan bahwa jalan yang elegan menimbulkan rasa kepuasan dan jalan yang jelek menimbulkan depresi, dan membiarkannya tetap berlangsung seperti itu. Bahkan, berbagai kemungkinan kombinasi dari ambiens-ambiens, dapat disamakan dengan campuran bahan-bahan kimia murni dalam jumlah campuran yang tak terbatas, menimbulkan perasaan yang berbeda dan kompleks sebagai bentuk lain yang dapat membangkitkan spectacle. Investigasi paling sederhana dari demistifikasi mengungkapkan bahwa secara kualitatif atau kuantitatif dari pengaruh yang berbeda-beda dari beragam dekorasi perkotaan tidak dapat ditentukan semata- mata berdasarkan periode historis atau gaya arsitektur, apalagi berbasiskan kondisi rumah.

Penelitian yang kami kerjakan tentu saja untuk mengusahakan aransemen dari elemen-elemen dari seting urban, berhubungan erat dengan sensasi-sensasi yang mereka provokasi, mensyaratkan hipotesis berani yang harus terus diperbaiki dalam cahaya pengalaman, dengan kritik dan oto-kritik.

Beberapa lukisan-lukisan De Chirico[5], yang jelas terinspirasi oleh sensasi-sensasi original arsitektural, pada gilirannya mendesakkan efek-efek terhadap basis objektif mereka ke titik yang mengubahnya: mereka berkecenderungan membuat diri mereka sendiri menjadi cetak biru atau model-model. Lingkungan-lingkungan yang menggelisahkan dari arcades[6] suatu hari nanti bisa melanjutkan dan memenuhi daya tarik karya-karya ini.

Aku hampir tidak tahu apa pun kecuali dua pelabuhan yang dilukisi senja oleh Claude Lorrain[7] — yang mana di Louvre dan yang mendekatkan ambiens perkotaan sangat berbeda — yang dapat menyaingi dalam persoalan keindahan dari peta Paris Metro. Saya tidak, tentu saja, berbicara tentang kecantikan fisik belaka — keindahan baru hanya bisa menjadi keindahan situasi — tetapi hanya mengenai presentasi gerakan-gerakan partikular, dalam kedua kasus ini, adalah soal sejumlah kemungkinan-kemungkinan.

Seiring dengan berbagai kesulitan dalam cara-cara untuk mengintervensi, sebuah kartografi yang di renovasi tampaknya cocok untuk pemanfaatan secara langsung.

Produksi peta-peta psychogeograpikal, atau bahkan pengenalan tentang perubahan kurang lebih seperti peta transposing[8] yang sewenang-wenang dari dua daerah yang berbeda, dapat berkontribusi untuk mengklarifikasi beberapa pengembaraan tertentu yang mengekspresikan tidak tersubordinasinya ia terhadap keacakan tetapi insubordinasi total terhadap pengaruh-pengaruh kebiasaan (pengaruh-pengaruh umumnya dikategorikan sebagai turisme, bahwa obat populer yang menjijikkan adalah olah raga atau membeli secara kredit).

Seorang teman baru-baru ini mengatakan kepada saya bahwa dia baru saja mengembara di daerah Harz Jerman secara membabi buta dengan mengikuti petunjuk dari peta London. Permainan singkat semacam ini jelas hanyalah awal lemah dibandingkan dengan penciptaan lengkap arsitektur dan urbanisme bahwa suatu hari nanti akan menjadi bagian dalam kekuatan setiap orang. Sementara itu kita dapat membedakan beberapa tahap parsial, proyek-proyek sederhana, diawali dengan perpindahan hanya dari unsur-unsur dekorasi dari lokasi-lokasi di mana kita gunakan untuk melihat mereka.

Misalnya, dalam edisi sebelumnya dari jurnal ini Marcel Mariën[9] mengusulkan bahwa ketika sumber daya global telah habis karena disia-siakan oleh irasionalitas perusahaan-perusahaan yang dipaksakan pada kita hari ini, semua patung berkuda dari semua kota dunia akan dirakit di satu padang pasir yang luas. Hal ini akan menawarkan untuk orang-orang yang lalu lalang — masa depan adalah kepunyaan mereka — spectacle dari biaya artifisial militer yang bahkan bisa didedikasikan untuk mengenang masakre-masakre terbesar sepanjang sejarah, dari Tamerlane ke Ridgway. Hal ini juga akan menanggapi salah satu tuntutan utama dari generasi sekarang: nilai edukatif.

Faktanya, tidak ada yang benar-benar baru yang bisa diharapkan sampai pada aksi massa untuk merubah beban-beban kondisi-kondisi yang mendera mereka dalam semua domain kehidupan, dan dengan cara-cara praktis untuk mengubah mereka.

"Yang imajiner adalah yang cenderung menjadi nyata," tulis seorang penulis, karena degradasi intelektual, saya telah lupa siapa namanya.[10] Keterbatasan yang tidak disengaja dari pernyataan itu bisa berfungsi sebagai batu ujian untuk mengekspos berbagai kelucuan sastra revolusi: Sesuatu yang cenderung berbekas adalah celoteh kosong.

Hidup, yang mana kita bertanggung jawab atasnya, menyajikan motif kuat untuk keputusasaan dan diversi-diversi vulgar yang tak terhitung lebih atau kurangnya dan kompensasi-kompensasi. Satu tahun tidak berlalu begitu saja saat orang-orang yang kita cintai belum menyerah, karena tidak memahami secara jelas kemungkinan-kemungkinan terkini, untuk beberapa kapitulasi yang menyolok. Tetapi perkemahan musuh secara obyektif mengutuk orang-orang untuk menjadi dungu dan para imbesil sudah berjumlah jutaan; bertambah beberapa lagi tak akan ada bedanya.

Hal primer dari defisiensi moral menyisakan kegemaran, dalam segala bentuk-bentuknya.

GUY DEBORD
1955

 


[Catatan Penerjemah]

1. Artikel ini aslinya berjudul “Introduction à une Critique de la Géographie Urbaine” dan dipublikasikan pertama kali di jurnal grup Surealis Belgia Les Lèvres Nues #6 (September 1955). Terjemahan dalam dari bahasa Prancis ke dalam bahasa Inggris disediakan Ken Knabb dari Bureau of Public Secrets (http://bopsecrets.org). Dibukukan kemudian dipublikasikan bersama teks-teks SI lainnya dengan judul Situationist International Anthology (Revised and Expanded Edition, 2006). Terjemahan bahasa Indonesia oleh Reuben Augusto dari NEGASI: Saluran Bebas Informasi (negasidaurulang@gmail.com) dengan mengacu pada teks dari Knabb dan dengan ditambahkan sedikit catatan mengenai beberapa hal penting. Tulisan ini bebas hak cipta dan dapat dikutip, direproduksi, dijiplak dan disebarkan dalam bentuk apapun.

2. Pada musim panas tahun 1953, ketika sedang melakukan aktifitas mengelilingi kota mereka bertemu seorang Kabyle yang buta huruf yang kemudian menyarankan penggunaan kata ‘psikogeografi’ untuk menandai aktifitas pengembaraan tanpa arah tersebut. Kabyle — The Kabyls atau Kabylians (dalam bahasa Kabyle: Iqvayliyen) adalah suku terbesar di Aljazair. Mereka umumnya menempati daerah di bagian utara Aljazair, seratus mil sebelah timur Algiers. Sekitar 40% penduduk Aljazair adalah Kabyle. Ada juga, karena emigrasi selama abad 19 dan 20, Orang-orang Kabyle dari Aljazair cukup banyak terdapat di Perancis dan di Amerika, terutama di Amerika Serikat dan Kanada. Daerah Kabyle disebut sebagai Al Qabayel (suku) oleh penduduk berbahasa Arab dan sebagai Kabylie dalam bahasa Prancis, tetapi penduduknya menyebutnya Tamurt Idurar ("Tanah Pegunungan") atau Tamurt Leqvayel "Kediaman kabyles". Ini adalah bagian dari Pegunungan Atlas dan terletak di tepi Laut Tengah.

3. Detournement adalah sebuah kata dari bahasa Prancis yang juga digunakan sebagai penanda salah satu tesis populer dari grup Situationist International. Tidak ada padanan kata yang tepat dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia membuat penerjemah tetap mempertahankannya untuk menjaga keluasan makna yang dimaksud oleh Debord. Detournement adalah sebuah tindakan untuk memberikan kesan-kesan atau ide-ide dan merubahnya menjadi sesuatu yang menentang budaya dominan. Misalnya adalah ketika aksi yang dilakukan pencoretan bilboard iklan yang kemudian berbalik menyerang tujuan dari iklan tersebut. Contoh lainnya adalah apa yang dilakukan oleh SI dengan meluncurkan sebuah komik di mana dialog-dialog antar karakter di dalamnya digantikan dengan slogan-slogan revolusioner. Hal yang sama juga dilakukan dengan kata ‘spectacle’. Untuk lebih lanjut, silahkan membaca The Society of The Spectacle yang ditulis oleh Guy Debord.

4. Kutipan ini diambil dari buku Marx yang berjudul The Poverty of Philosophy (Bab 2).

5. Giorgio De Chirico, (1888-1970) adalah seorang pelukis pra Surealis yang kemudian menjadi salah satu pelukis Surealis asal Italia. Lahir di Volos, Yunani dari ayah seorang Genoa dan ibu seorang Sisilia. Ia adalah pelopor gerakan seni “Squola Metafisis”. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai profil De Chirico dapat di baca di http://en.wikipedia.org/wiki/Giorgio_de_Chirico

6. Arcade adalah sebuah sebuah ruang di antara bangunan-bangunan bertingkat atau tinggi yang jaraknya berdekatan sehingga membentuk jalan kecil menyerupai gang. Biasanya di Paris, untuk membuat para pejalan kaki merasa nyaman, mereka mendandaninya dengan membuat sejenis atap untuk menghubungkan kedua sisi bangunan tersebut. Atap tersebut biasanya diimitasi dari tumbuhan yang menjalar untuk menjaga agar sinar matahari tetap dapat menembusnya.

7. Dua lukisan yang serupa tersebut (Lorrain melukis beberapa orang dalam tipe yang sama) juga termasuk dalam film Debord yang berjudul The Society of the Spectacle.

8. Sebuah tindakan yang bertujuan untuk mengubah urutan atau susunan dari sesuatu.

9. Marcel Mariën (1920-1993) adalah seorang anggota dari grup Surealis Belgia yang kemudian juga ikut bergabung dengan SI. Seniman multi talenta kelahiran Antwerp, Belgia ini adalah salah seorang pendiri jurnal Les Lèvres Nues.

10. Tokoh yang dimaksud Debord adalah André Breton. Kutipan tersebut terdapat dalam artikel Le Revolver à Cheveux Blancs yang ditulis Breton.


Indonesian translation of Guy Debord's Introduction to a Critique of Urban Geography.

No copyright.


Other texts in Indonesian at this website